BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kriminologi sebagai ilmu sosial terus mengalami perkembangan
dan peningkatan. Perkembangan dan peningkatan ini disebabkan pola kehidupan
sosial masyarakat yang terus mengalami perubahan-perubahan dan berbeda antara
tempat yang satu dengan yang lainnya serta berbeda pula dari suatu waktu atau
zaman tertentu dengan waktu atau jaman yang lain sehingga studi terhadap
masalah kejahatan dan penyimpangan juga mengalami perkembangan dan peningkatan
dalam melihat, memahami, dan mengkaji permasalahan-permasalahan sosial yang ada
di masyarakat dan substansi di dalamnya. Kedudukan dan fungsi suatu keluarga
dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada
hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama
anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya.
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam
masyarakat tetapi menepati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab
itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi
kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya.
Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan meupuk kebencian,
rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika
keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan
menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya. Dalam makalah ini
penulis menyajikan mengenai pengaruh keluarga terhadap kenakalan remaja dan
beberapa penanggulangannya.[1]
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang ingin di bahas di dalam makalah ini adalah:
1.
Jelaskan
kenakalan remaja di pandang dari sisi kriminologi?
2.
Bagaimana
peranan keluarga dalam pembentukan kepribadian anak?
3.
Apakah
pengaruh terhadap kenakalan anak?
4.
Bagaimana
pengendalian terhadap anak?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui kenakalan remaja di pandang dari sisi kriminologi?
2.
Untuk
mengetahui peranan keluarga dalam pembentukan kepribadian anak?
3.
Untuk
mengetahui pengaruh terhadap kenakalan anak?
4.
Untuk
mengetahui pengendalian terhadap anak?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Kenakalan
Remaja Dipandang Dari Sisi Kriminologi
Masa remaja terletak di antara masa anak dan masa
dewasa.Masa remaja dianggap telah mulai ketika anak telah matang dalam aspek
seksual dan kemudian berakhir setelah matang secara hukum.Masa remaja sering
dikenal dengan istilah masa pemberontakan.Masa remaja awal dimulai sejak umur
13 tahun sampai 16 tahun dan masa remaja akhir umur 16 tahun sampai 18
tahun,mereka masih dikategorikan sebagai anak dalam Undang-undang Perlindungan
Anak No 23 Tahun 2002. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami
pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari
keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di
lingkungan pertemanannya.
Faktor keluarga sangat mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan anak,apabila si anak mendapat perlakuan yang tidak baik seperti
mendapat diskriminasi dari keluarga.Jika sudah seperti itu maka kecenderungan si
anak mulai mencari cara untuk melupakan kejadian yang menimpanya dirumah,yaitu
dengan berbagai cara seperti merokok,mabuk-mabukan,dan lain-lain.Karakteristik
umum perkembangan remaja adalah bahwa remaja merupakan peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa sehingga seringkali menunjukkan sifat-sifat
karakteristik,seperti kegelisahan,kebingungan,karena terjadi suatu
pertentangan,keinginan untuk mengkhayalan,dan aktivitas berkelompok.
Faktor pemicunya lainnya, menurut sosiolog Kartono, antara
lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi
dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar
yang kurang baik.Akibatnya, para orang tua mengeluhkan perilaku anak-anaknya
yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik
keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum
terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang
kehidupan.Ada beberapa karakteristik hubungan sosial remaja,antara lain :
1. Berkembangnya
kesadaran akan kesunyian dan dorongan pergaulan.Ini seringkali menyebabkan
remaja memiliki solidaritas yang amat tinggi dan kuat dengan kelompok
sebayanya,jauh melebihi dengan kelompok lain bahkan dengan orang tuanya sekalipun.Untuk
itu,remaja perlu diberikan perhatian intensif dengan cara melakukan interaksi
dan komunikasi secara terbuka dan hangat kepada mereka.
2. Adanya
upaya memilih nilai-nilai sosial.Ini menyebabkan remaja senantiasa mencari
nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan.Dengan demikian,jika tidak
menemukannya cenderung menciptakan nilai-nilai khas kelompok mereka
sendiri.Untuk itu,orang dewasa dan orang tua harus menunjukkan konsistensi
dalam memegang dan menerapkan nilai-nilai dalam kehidupannya.
3. Meningkatkannya
ketertarikan pada lawan jenis,menyebabkan remaja pada umumnya berusaha keras
memiliki teman dekat dari lawan jenisnya atau pacaran.Untuk itu,remaja perlu
diajak berkomunikasi secara rileks dan terbuka untuk membicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan lawan jenis.
4. Mulai
tampak kecenderungannya untuk memilih karier tertentu,meskipun sebenarnya
perkembangan karier remaja masih berada pada taraf pencarian karier.Untuk
itu,remaja perlu diberikan wawasan karier disertai dengan keunggulan dan
kelemahan masing-masing jenis karier tersebut.
Seorang remaja juga memiliki emosi yang masih sangat labil
dan bergejolak dalam dirinya yang nyaris kurang terkontrol, sedangkan emosi itu
sendiri merupakan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu,
serta setiap keadaan mental yang hebat dan sangat meluap-luap.Emosi juga
merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas,suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.Karakteristik perkembangan emosi remaja sejalan dengan perkembangan
masa remaja itu sediri,yaitu sebagai berikut :
1.
Perubahan
fisik tahap awal pada periode praremaja disertai sifat kepekaan terhadap
rangsangan dari luar menyebabkan respons berlebihan sehingga mereka mudah
tersinggung dan cengeng,tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan
meledak-ledak.
2.
Perubahan
fisik yang semakin jelas pada periode remaja awal menyebabkan mereka cenderung
menyendiri sehingga tidak jarang merasa terasing,kurang perhatian dari orang
lain,atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikannya.
3.
Periode
remaja sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat dipegang teguh
sehigga jika melihat fenomena yang terjadi dimasyarakat yang menunjukkan adanya
kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui menyebabkan remaja
seringkali secara emosional ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri
yang mereka anggap benar,baik,dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka
sendiri.Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya ingin memaksakan
nilai-nilainya.
4.
Periode
remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu
menunjukkan pemikiran,sikap,dan perilaku yang semakin dewasa.Oleh sebab
itu,orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada
mereka.Interaksi dengan orang tua juga menjadi semakin lebih bagus dan lancar
karena mereka sudah semakin bebas penuh serta emosinya pun mulai stabil.
Dalam
pergaulannya dengan teman sepermainannya mereka memiliki banyak kawan adalah
merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi
nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari
kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak
pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang
lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan
si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan
bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut.
Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat
dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan
dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula.
Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun
orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila
timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu
pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.Pengaruh kawan ini memang
cukup besar.Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk
apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk.
Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas
itu pun akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya
pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika
remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja hendaknya berhati-hati
dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak
bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak
sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya.
Untuk
menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk
mempunyai teman bergaul yang sesuai, orangtua hendaknya juga memberikan
kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si
remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun
mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan
pula. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi
waktu anak ‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui
tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih
untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk
mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman
yang baik.
Memberikan
pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada
anak,agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah
yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelola
sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan agama yang telah
diperoleh anak di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah.
Berilah pengertian yang benar tentang adanya beberapa agama di dunia.Ketika
anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja,
anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu
memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak
memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata
karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua
yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu
yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan
berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil
mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang
berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin
bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya,
bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah
satu pengguna obat-obat terlarang.
Anak
pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah disinggung di atas,
biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai dengan kesenangan ataupun
bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang
sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya
adalah bersekolah sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan
yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.
Kenakalan
remaja dalam perspektif kriminologi dipandang bahwa kenakalan remaja dalam
studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang.
Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat
penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan
norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber
masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep
perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah
menyimpang.
Pada
dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak
sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono
(1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat
sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah
masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu
kelainan dan disebut “kenakalan”. Singgih D. Gumarso (1988 : 19),juga
mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang
berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
1. kenakalan yang bersifat amoral dan
sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit
digolongkan sebagai pelanggaran hukum ;
2. kenakalan yang bersifat melanggar
hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku
sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Proses
sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan
menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi
kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan
pengetahuan yang diserap.Perkembangan interaksi sosial remaja merupakan suatu
peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir
bersama,mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain,atau berkomunikasi satu
sama lain.Jadi,dalam setiap kasus interaksi,tindakan setiap orang bertujuan
untuk mempengaruhi individu lain.
Adapun
Homans ( Shaw,1985 : 71 ) mendefinisikan interaksi sosial sebagai suatu kejadian
ketika suatu aktivitas suatu sentimen yang dilakukan oleh seseorang terhadap
individu lain diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) dengan
menggunakan suatu aktivitas atau sentimen oleh individu lain yang menjadi
pasangannya.Jadi konsep Homans mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam suatu interaksi merupakan suatu stimulus bagi
tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.Dapat disimpulkan bahwa
pengertian interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara dua orang
atau lebih dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran
secara aktif.Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara
pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling memengaruhi.
Remaja
pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali ingin
mencoba-coba,mengkhayal,dan merasa gelisah,serta berani melakukan pertentangan
jika dirinya merasa disepelekan atau tidak dianggap .Untuk itu mereka sangat
memerlukan keteladanan,konsistensi,serta komunikasi yang tulus dan empatik dari
orang dewasa.Seringkali,remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya
sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat yang
dilakukan oleh orang dewasa atau orang tua,antara apa-apa yang sering dikatakan
dalam berbagai forum dengan kenyataan nyata dilapangan.Kata-kata moral
didengungkan dimana-mana tetapi kemaksiatan juga disaksikan dimana-mana oleh
remaja.
Beberapa
minggu yang lalu saya sempat mewawancarai seorang teman saya yang mengaku
pernah melakukan hubungan seks dengan kekasihnya semasa SMA kelas 3.Dia mengaku
pada saya,ketika dia duduk di bangku kelas 3 SMA dia telah berani melakukan
hubungan seks dengan kekasihnya.Ketika saya tanya apakah kamu tidak berfikir
terlebih dahulu sebelum melakukan dan apa kamu tidak tahu apa akibat dari
perbuatannya,dia menjawab “aku tidak takut,karena teman-teman aku banyak yang
sudah melakukan dan jikalau pun aku hamil,gampanglah bisa digugurkan“. Menurut
pengamatan saya,memang teman-teman sekolah dia banyak yang melakukan
penyimpangan seperti halnya mabuk-mabukan,memakai obat-obatan terlarang dan
seks bebas.Hal yang seperti itu sudah biasa dia dan teman- temannya
lakukan,bahkan tidak sedikit dari teman-teman dia yang telah berani menggugurkan
kandungan.
Disarankan
kepada orang tua untuk memberikan batasan yang jelas mengenai perilaku apa yang
benar-benar tidak boleh dilakukan oleh anak, misalnya membolos, menggunakan
obat-obatan terlarang ,seks bebas,dan lain sebagainya.Dan kalau perlu lakukanlah
diskusi dengan anak dalam hal-hal yang juga berpotensi menjadikan anak
nakal,seperti menginap dirumah teman,pulang malam dan bahkan dalam hal memilih
pacar. Pengawasan dan pemantauan orangtua di rumah bisa dilengkapi dengan
pengawasan dari guru di sekolah. Pemantauan terpadu ini akan memberikan banyak
masukan yang menyeluruh bagi orangtua mengenai perilaku anaknya di luar
rumah.Remaja yang memiliki waktu luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja
atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya lebih besar untuk melakukan
kenakalan atau perilaku menyimpang.
Demikian
juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka kemungkinan
besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat.Sebaliknya
bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka kemungkinan
anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan
khusus.Hubungan negatif antara keberfungsian sosial keluarga dengan kenakalan
remaja, artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian social keluarga akan semakin
rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Sebaliknya semakin ketidak
berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan
remajanya atau perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.Melihat
kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua hal
yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga
melalui program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga
dan pembangunan sosial yang programnya sangat berguna bagi pengembangan
masyarakat secara keseluuruhan.Di samping itu untuk memperkecil perilaku
menyimpang remaja dengan memberikan program-program untuk mengisi waktu luang,
dengan meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini terutama diarahkan
pada peningkatan sumber daya manusianya yaitu program pelatihan yang mampu
bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan.[2]
2. Peranan Keluarga Dalam Pembentukan
Kepribadian Anak.
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak. Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam
melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai
pendidik. Tiap eksponen mempunyai fungsi tertentu. Dalam mencapai tujuan keluarga
tergantung dari kesediaan individu menolong mencapai tujuan bersama dan bila
tercapai maka semua anggota mengenyam " Apakah peranan masing-masing
".
-
Peranan ayah:
a.
Sumber
kekuasaan, dasar identifikasi.
b.
Penghubung
dengan dunia luar.
c.
Pelindung
terhadap ancaman dari luar.
d.
Pendidik
segi rasional.
-
Peranan Ibu :
a.
Pemberi
aman dan sumber kasih sayang.
b.
Tempat
mencurahkan isi hati.
c.
Pengatur
kehidupan rumah tangga.
d.
Pembimbing
kehidupan rumah tangga.
e.
Pendidik
segi emosional.
f.
Penyimpan
tradisi.
-
Peranan anak laki-laki dan wanita.
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa keluarga pada hakekatnya merupakan
wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih
berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya. Dasar pemikiran dan
pertimbangannya adalah sebagai berikut :
- Keluarga adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat kelahirannya sampai proses perkembangan jasmani dan rohani berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi yang vital bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidupnya.
- Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih sayang, perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya. Tanpa sentuhan manusiawi itu anak akan merasa terancam dan penuh rasa takut.
- Keluarga merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam keluargalah dia mengalami pertama-tama mengalami hubungan dengan manusia dan memperoleh representasi dari dunia sekelilingnya. Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga melalui pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungan keluarga. Keluarga menjadi dunia dalam batin anak dan keluarga bukan menjadi suatu realitas diluar seorang anak akan tetapi menjadi bagian kehidupan pribadinya sendiri. Anak akan menemukan arti dan fungsinya.
- Dalam keluarga seorang dipertalikan dengan hubungan batin yang satu dengan lainnya. Hubungan itu tidak tergantikan Arti seorang ibu tidak dapat dengan tibatiba digantikan dengan orang lain.
- Keluarga dibutuhkan seorang anak untuk mendorong, menggali, mempelajari dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religiusitas, norma-norma dan sebagainya. Nilai-nilai luhur tersebut dibutuhkan sesuai dengan martabat kemanusiaannya dalam penyempumaan diri.
- Pengenalan didalam keluarga memungkinkan seorang anak untuk mengenal dunia sekelilingnya jauh lebih baik. Hubungan diluar keluarga dimungkinkan efektifitasnya karena pengalamannya dalam keluarga
- Keluarga merupakan tempat pemupukan dan pendidikan untuk hidup bermasyarakat dan bernegara agar mampu berdedikasi dalam tugas dan kewajiban dan tanggung jawabnya sehingga keluarga menjadi tempat pembentukan otonom diri yang memiliki prinsip-prinsip kehidupan tanpa mudah dibelokkan oleh arus godaan.
- Keluarga menjadi fungsi terpercaya untuk saling membagikan beban masalah, mendiskusikan pokok-pokok masalah, mematangkan segi emosional, mendapatkan dukungan spritual dan sebagainya.
- Dalarn keluarga dapat terealisasi makna kebersamaan, solidaritas, cinta kasih, pengertian, rasa hormat menghormati clan rasa merniliki.
- Keluarga menjadi pengayoman dalam beristirahat, berekreasi, menyalurkan kreatifitas dan sebagainya. Pengalaman dalam interaksi sosial pada keluarga akan turut menentukan pola tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan diluar keluarganya. Bila interksi sosial didalarn kelompok karena beberapa sebab tidak lancar kemungkinan besar interaksi sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga akan berlangsung dengan tidak wajar.
Keluarga
mempunyai peranan dalam proses sosialisasi dernikian pentingnya peranan
keluarga maka disebutkan bahwa kondisi yang menyebabkan peran keluarga dalam
proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut :
- Keluarga merupakan kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi to face secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan sesama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.
- Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri. Motivasi yang kuat melahirkan hubungan emosional antara orangtua dan anak.
- Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orangtua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.[3]
3.
Pengaruh
Keluarga Terhadap Kenakalan Anak
Pengaruh
keluarga dalam kenakalan remaja adalah :
A.
Keluarga
Yang Broken Home
Masa remaja adalah masa yang diamana seorang sedang mengalami saat kritis sebab
ia mau menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa
peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses
perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja
membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya
terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa
fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka
dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi
tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang
memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik
internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan
yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya.
Masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan
masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan
dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital
dari kehidupannya.
B.
Orang
Tua Yang Bercerai
Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak
lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina
bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang
harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut
makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak
sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan
situas keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam
dunianya sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing
merasa serba asing anpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.
C.
Perang
Dingin Dalam Keluarga
Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu.
Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh
rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin
dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya
sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya
sendiri.
Suasana
perang dingin dapat menimbulkan :
- Rasa takut dan cemas pada anak-anak.
- Anak-anak menjadi tidak betah dirumah sebab merasa tertekan dan bingung serta tegang.
- Anak-anak menjadi tertutup dan tidak dapat mendiskusikan problem yang dialami.
- Semangat belajar dan konsentrasi mereka menjadi lemah.
- Anak-anak berusaha mencari kompensasi semu.
- Pendidikan yang salah
4. Pengendalian Terhadap Kenakalan Anak
Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga
merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam
menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap
bicara yaitu:
A. Sikap/cara yang bersifat preventif
Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk
menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang
buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat
memberikan/mengadakan tindakan sebagai berikut :
a) menanamkan rasa disiplin dari ayah
terhadap anak.
b) memberikan pengawasan dan
perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c) pencurahan kasih sayang dari kedua
orang tua terhadap anak.
d) menjaga agar tetap terdapat suatu
hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.
Disamping
keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula:
a)
Pendidikan
agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
b)
Penyaluran
bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif.
c)
Rekreasi
yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d) Pengawasan atas lingkungan pergaulan
anak sebaik-baiknya.
2.
Sikap/cara yang bersifat represif
Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial
yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi
anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang
khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua
terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil
sikap sebagai berikut :
a.
Mengadakan
introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga
menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b.
Memahami
sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c.
Meminta
bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi
perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu
d.
Membuat
catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.[4]
BAB III
PENUTUP
B.
Kesimpulan
Kenakalan remaja merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum
maupun norma sosial. Kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi dipandang
bahwa kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam
perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan
sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang
dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem
sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna
bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui
jalur tersebut berarti telah menyimpang. Jelaslah bahwa kenakalan remaja sangat
dipengaruhi oleh keluarga walaupun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh.
Faktor keluarga sangatlah penting karena merupakan lingkungan pertama,
lingkungan primer. Apabila lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu menglami
hal-hal yang telah disebutkan diatas seperti keluarga broken home yang
disebabkan perceraian, kebudayaan bisu, dan perang dingin serta kesalahan
pendidikan akan berpengaruh kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan
remaja. Bagaimanapun kenakalan remaja harus dilakukan pengendalian karena
apabila berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan pada kehidupannya pada masa
yang akan datang. Selain dari pihak keluarga pengendalian kenakalan remaja juga
harus dilakukan dari lingkungan remaja tersebut.
Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah
dari keluarga merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di
dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua
sikap bicara yaitu:
1.
Sikap/cara
yang bersifat preventif
2. Sikap/cara yang bersifat represif
[1]
http://sariyat.blogspot.com/2011/08/kumpul-tugas-kenakalan-remaja.html,pada
tanggal 27 November 2013 pukul 19.09
[2]
http://nailizzulfa.blogspot.com/2011/12/kenakalan-remaja-dipandang-dari-sisi.html,pada
tanggal 27 November 2013 pukul 19.35
[3] http://juniarari.blogspot.com/2011/11/kenakalan-remaja.html,pada tanggal 27 November 20013,pukul 19.00
[4]
http://nailizzulfa.blogspot.com/2011/12/kenakalan-remaja-dipandang-dari-sisi.html,pada
tanggal 27 November 2013,pukul 19.58
terima kasih tambah wawasan dan ilmu pengetahuan... :)
BalasHapus